Indeks saham adalah salah satu metode untuk mengukur pergerakan kumpulan saham secara keseluruhan ataupun atas saham-saham dengan kriteria tertentu. Di Indonesia sendiri indeks yang paling dikenal adalah IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) yang merepresentasikan pergerakan seluruh saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia yang per 15 Agustus 2017 memiliki anggota sebanyak 558 perusahaan. Menggunakan IHSG sebagai patokan maka kinerja rata-rata reksadana saham di tahun 2017 boleh dibilang di bawah ekspektasi.
Dengan kondisi ini tentu manajer investasi diharapkan terus menelurkan strategi baru dalam mengelola investasi saham. Adapun sebagai perbandingan dalam meracik portfolio manajer investasi dapat mengacu kepada beberapa indeks saham yang ada di Indonesia.
Indeks saham umumnya digunakan oleh investor sebagai indikator dalam melihat pergerakan bursa dan sebagai pembanding (benchmark) untuk menilai kinerja investasi yang berkaitan dengan saham. Indeks juga dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai baik buruknya kinerja investasi seperti reksadana. Saat ini di bursa Indonesia terdapat beberapa indeks yang umum digunakan sebagai acuan, dalam kesempatan ini kita akan membahas beberapa indeks berdasarkan kriterianya berserta konsistensi kinerjanya dibandingkan dengan IHSG di tahun 2017.
Indeks LQ45, IDX30 dan KOMPAS 100
LQ 45 Merupakan Indeks yang mewakili pergerakan 45 saham yang paling likuid. Definisi likuid disini adalah memiliki rata-rata nilai transaksi tertinggi 6 bulan terakhir. Indeks ini perbarui setiap 6 bulan pada bulan Februari dan Agustus. Karena umumnya saham likuid memiliki kapitalisasi pasar yang besar pergerakan indeks dengan kriteria likuiditas mirip dengan IHSG. Saham –saham yang tergabung dalam LQ-45 sendiri mewakili sekitar 65% kapitalisasi BEI (Bursa Efek Indonesia), IDX 30 dan KOMPAS 100 menggunakan kriteria yang sama hanya saja IDX 30 mewakili 30 saham terlikuid dan Kompas 100 berisi 100 saham terlikuid
Indeks Bisnis-27
Agak berbeda dengan ketiga indeks sebelumnya Indeks ini mewakili 27 saham dengan saham dengan kapitalisasi terbesar dengan transaksi terlikuid ditambah dengan kriteria fundamental yang baik, seperti Laba Usaha, Laba Bersih, Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan DER. Indeks ini diperbarui setiap bulan Mei dan November
Indeks Pefindo-25
Merupakan Indeks yang 25 emiten anggotanya dipilih berdasarkan kriteria SME (Small Medium Enterprises) yaitu total aset perusahaan dibawah Rp 1 Triliun, memiliki ROE diatas rata-rata bursa dan laporan keuanganya wajar tanpa pengecualian, selanjutnya disortir berdasarkan kriteria likuiditas. Indeks ini diperbarui setiap bulan Februari dan Agustus
Indeks SRI-KEHATI
Indeks ini dibentuk atas kerja sama dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI). SRI adalah kependekan dari Sustainable Responsible Investment. Indeks memiliki kriteria emiten-emiten yang memiliki kesadaran terhadap lingkungan dan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik. Seperti misalnya tidak memiliki bidang usaha yang berkaitan dengan nuklir, tembakau, alkohol ,rekayasa genetik dan sebagainya serta memiliki program CSR yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Indeks ini terdiri dari 25 emiten yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteri-kriteria seperti Total Aset diatas Rp 1 triliun, Price Earning Ratio (PER) positif dan saham beredar minimum 10% .
Jakarta Islamic Index (JII)
Merupakan indeks yang mewakili pergerakan 30 saham syariah (Bidang usahanya sesuai dengan hukum Islam) yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar dengan transaksi terlikuid. Sesuai dengan tema yang diusung indeks ini tidak memasukkan emiten keuangan non syariah seperti bank dan multifinance. Umumnya anggotanya berasal dari sektor infrastruktur, konsumsi dan komoditas. Anggotanya diperbarui setiap 6 bulan pada bulan Januari dan Juli.
Adapun kinerja indeks diatas dapat dilihat pada tabel berikut :

Setelah memahami kriteria masing-masing indeks dari tabel diatas dapat dilihat kinerja indeks tersebut terhadap IHSG secara historis, hal yang sangat menarik adalah indeks SRI-KEHATI secara konsisten selalu memiliki kinerja tahunan diatas IHSG 5 tahun terakhir sejak tahun 2012-2016 dan kembali lebih tinggi selama year-to-date ditahun 2017. Selain konsisten mengalahkan IHSG dari sisi return indeks SRI-KEHATI memiliki return yang paling tinggi, menarik karena dapat diasumsikan investor menyukai “green stock” atau saham yang peduli terhadap lingkungan hidup, disusul oleh Bisnis 27 dan IDX30. Yang berarti dari sisi return di sepanjang tahun 2017 lebih menarik untuk memegang saham “blue chip” dengan kapitalisasi besar, berfundamental baik dan memiliki CSR yang berkaitan dengan lingkungan hidup. dimana berinvestasi pada 30 saham IDX 30 lebih baik dari memegang 45 saham LQ45 atau 100 saham KOMPAS100. Sementara saham SME kurang menarik di tahun 2017 terlihat dari kinerja indeks PEFINDO25 yang justru negatif.

Dari sisi diversifikasi memiliki 100 saham dengan kapitalisasi terbesar pergerakanya berkorelasi positif hingga 99% dengan memiliki seluruh saham di bursa artinya pergerakan KOMPAS100 hampir selalu searah dengan pergerakan IHSG. Namun Dari sisi risiko ternyata dengan melakukan pemilihan saham, risiko yang ditanggung investor menjadi lebih tinggi dilihat dari Annualized risk yang merupakan standar deviasi dari pergerakan return dan beta masing-masing indeks yang lebih tinggi dari IHSG. Dengan rule of thumb semakin sedikit anggota indeks semakin tinggi pula risikonya dibanding dengan IHSG.

Sesuai dengan tren bahwa pergerakan indeks sulit untuk konsisten dikalahkan oleh strategi manajer investasi yang sekarang maka mungkin lebih baik manajer investasi mengadopsi strategi passive investing atau indexing, yaitu berinvestasi pada saham-saham pembentuk indeks sesuai dengan bobotnya agar mendapatkan kinerja yang setara dengan indeks yang diikuti (be the index) . Walau tentu saja tetap harus memperhatikan faktor lain seperti fee yang dibebankan karena akan berpengaruh kepada kinerja

Harap diingat data historis tidak mencerminkan kinerja dimasa yang akan datang, meski saat ini SRI KEHATI memiliki kinerja diatas rata-rata secara konsisten namun tidak menjamin akan berulang dimasa yang akan datang. Investasi berbasis saham idealnya dilakukan untuk tujuan investasi jangka panjang. Happy Investing