Setelah menghadapi berbagai katalis negatif maupun positif IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) mampu menguat 14% secara year-to-date hingga 08 November 2016. Apakah apresiasi bursa ini akan terus terjadi?

Menjelang akhir tahun, biasanya kata “Window Dressing” akrab terdengar di telinga para investor. Tidak hanya investor saham, tapi juga investor reksadana. Apa yang sebenarnya dimaksud dengan “Window Dressing” dan apa manfaat fenomena ini bagi para investor?

Window dressing biasanya diartikan sebagai kondisi di mana harga saham akan cenderung menguat menjelang penutupan akhir tahun. Umumnya kenaikan tersebut terjadi pada bulan Desember. Momen ini dapat dimanfaatkan bagi investor untuk mengambil keuntungan jangka pendek karena harga saham diperkirakan akan naik pada bulan tersebut.

Penyebab terjadinya window dressing berasal dari beberapa hal, manajemen perusahaan menggenjot kinerja secara signifikan pada akhir tahun sehingga perusahaan mencatat laba di atas ekspektasi, positifnya data-data ekonomi menjelang akhir tahun, hingga pola anomali pasar saham yang secara historis sering terulang dan menjadi sebuah kebiasaan.

Selain terjadi di saham, fenomena window dressing juga terjadi di reksadana khususnya reksadana saham. Hal ini disebabkan karena Manajer Investasi berusaha mendongkrak kinerja reksadana yang dikelolanya pada akhir tahun sehingga kinerja secara keseluruhan terlihat bagus di mata investor.

Untuk membuktikan apakah fenomena tersebut ada atau tidak, kita dapat mencoba membuktikannya dengan melihat data indeks Infovesta Equity Fund Index yang merupakan rata-rata dari kinerja seluruh reksadana saham selama 12 tahun terakhir dari tahun 2005 - 2016.

Definisi Window Dressing secara umum adalah return positif pada bulan Desember, namun berdasarkan data return bulanan Infovesta Equity Fund Index selama 12 tahun terakhir didapatkan informasi sebagai berikut:

Berdasarkan data di atas, maka dapat dilihat bahwa bulan November umumnya rata-rata reksadana saham cenderung untuk melemah dan dibulan Desember kembali rally dengan puncak di bulan Desember. Dengan probabilitas mencapai 100% artinya rata-rata reksadana saham selalu membukukan return positif baik dalam kondisi market bullish ataupun bearish, dengan rata-rata return mecapai 3.28%. Rally ini cenderung berlanjut dengan puncak berikutnya di bulan April.

Selanjutnya yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah apakah Window Dressing akan kembali terjadi di tahun ini? Ada beberapa kondisi yang perlu dipertimbangkan, antara lain:
1. Rata-rata reksadana saham underperform terhadap IHSG di 2017 dengan return mencapai -6.32%. Kinerja ini jauh dibawah bursa lokal maupun regional seperti Hangseng yang justru positif sehingga diharapkan masih tersisa energi untuk terus rebound lagi mengingat valuasi kita yang cenderung menjadi lebih murah.
2. Faktor ketidakpastian ekonomi global antara lain spekulasi kenaikan suku bunga Amerika dan krisis geopolitik di semenanjung Korea maupun Arab. Setiap saat, faktor faktor tersebut dapat memicu penurunan harga saham apalagi mengingat kondisi bursa dunia terkait satu sama lain walau memiliki imbas kenaikan harga komoditas energi sepert minyak dan batubara.

Berdasarkan data di atas, maka disarankan untuk masuk ke reksadana saham pada akhir bulan November terutama jika terjadi koreksi pada bursa. Untuk trading jangka pendek investor dapat melepasnya pada akhir bulan Desember atau untuk jangka menengah di akhir bulan April ketika laporan keuangan perusahaan menggenjot optimisme bursa.

Ada beberapa cara bagi investor untuk memanfaatkan fenomena window dressing ini. Cara pertama adalah membeli saham-saham terutama dengan kapitalisasi besar. Investor juga harus memperhatikan kinerja fundamental perusahaan. Sebisa mungkin pilih perusahaan dengan fundamental yang kuat dan valuasi yang tidak mahal.

Cara kedua adalah dengan membeli reksadana saham yang memiliki portofolio menyerupai pergerakan Indeks misalnya IDX30 yang merupakan indeks dari 30 saham yang paling likuid. Hal ini dapat dilakukan dengan membeli reksadana saham yang portfolionya sebagian besar IDX30 ,umumnya reksadana saham dengan dana kelolaan besar akan memilih saham-saham anggota IDX30 sebagai isi portfolionya, alternatif lain adalah melalui reksadana indeks atau ETF yang mengikuti IDX30.

Khusus untuk reksadana, investor harus memperhitungkan faktor konsistensi. Selain return yang positif, reksadana juga sebisa mungkin diharapkan secara konsisten membukukan kinerja return historis yang lebih baik dibandingkan LQ45 pada bulan desember.

Kejadian masa lalu juga tidak akan selalu terulang pada masa mendatang. Investor juga perlu menyadari bahwa kegiatan investasi merupakan tindakan yang mengandung risiko. Sehingga belum tentu fenomena ini akan berulang, namun selama investor berinvestasi sesuai tujuan dan memiliki horison jangka panjang tidak ada salahnya untuk berani mengambil risiko dan memanfaatkan fenomena windows dressing. Happy Investing