8 bulan sudah tahun 2017 dilewati, banyak berita positif maupun negatif yang menerpa secara bergantian terhadap pasar modal kita. Dengan segala berita yang ada ternyata hingga 30 Agustus 2017 IHSG ( Indeks Harga Saham Gabungan) membukukan kenaikan 10.87% secara year-to-date. Kinerja ini terbilang baik karena disaat yang sama indeks regional seperti Nikkei ( Jepang) membukukan 2.04% dan Dow Jones ( Amerika Serikat) sebesar 10.7% walau masih kalah secara kinerja Indonesia kalah oleh Strait Times Index ( Singapura) yang membukukan kinerja hingga 13.3%
Di industri reksadana saham sendiri sesuai dengan tren yang terjadi 10 tahun terakhir kinerja rata-rata dari reksadana saham masih sulit mengalahkan IHSG, secara year-to-date rata-rata reksadana saham membukukan kinerja sebesar 5.7%,. Dengan tren seperti ini tentu saja menjadi tantangan bagi investor reksadana untuk memiliki strategi dalam berinvestasi dan memilih manajer investasinya. Karena salah pilih dapat berarti kinerja yang didapat tidak optimal atau bahkan merugi.
Beberapa manajer investasi menawarkan berbagi inovasi yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan diversifikasi investor salah satunya adalah reksadana tematik, yaitu reksadana saham yang memiliki kebijakan investasi dengan fokus ke sektor tertentu sesuai tema yang diusung. Sebagai contoh yang kini sudah ada adalah infrastruktur, konsumsi, agrobisnis dan komoditas. Kebijakan investasi ini dapat menjadi pedang bermata dua bagi investor, di satu sisi tentu saja berfokus pada sektor tertentu akan membatasi diversifikasi emiten yang ada, sehingga secara risiko dapat lebih tinggi dari reksadana non tematik. Namun disisi lain bila sektor yang dipilih sedang “in” hasil yang didapat juga dapat diatas rata-rata.
Sebagai gambaran secara year-to-date dari 9 sektor yang ada di IHSG 3 sektor terbaik adalah keuangan dengan kinerja 22%, disusul oleh sektor infrastruktur dengan kinerja 17.6% dan industri dasar dengan kinerja 10.6% sementara itu 3 sektor dengan kinerja year-to-date terburuk adalah pertanian yang kinerjanya -7%, Aneka industri yang kinerjanya – 2.3% dan sektor properti dengan kinerja – 1.4%, secara sekilas dapat dilihat bahwa sektor yang membukukan kinerja negatif memiliki saham-saham dengan kapitalisasi besar sehingga umumnya reksadana saham pasti memiliki saham dari sektor pertanian, property dan aneka industri dengan jumlah yang cukup signifikan, sehingga tidak heran bila kinerja rata-rata reksadana di bawah indeks.
Lalu bagaimana kinerja reksadana saham tematik? Dalam kesempatan kali ini diamati kinerja 6 reksadana tematik dengan kriteria sudah terbit sejak 1 Jan 2017 secara year-to-date , kinerja reksadana tersebut dapat dilihat pada tabel berikut

Sejalan dengan kinerja masing-masing sektor, terdapat reksadana yang berfokus pada sektor infrastruktur dan konsumsi membukukan kinerja yang sangat baik. Meski tidak semua mampu mengalahkan indeks dengan demikian meski sektor yang dipilih sudah baik namun kepiawaian manajer investasi dalam mengelola portfolio masih sangat berpengaruh ke kinerja.
Data diatas tentu saja merupakan kinerja historis, hasil dapat berubah bila periode pengamatan dirubah, walaupun sektor pertanian saat ini sedang terpuruk namun sektor ini sempat bersinar di tahun 2009-2010. Sehingga untuk investor menentukan sektor mana yang dipilih harus juga mempertimbangkan proyeksinya dimasa depan. Untuk saat ini seiring dengan krisis geopolitik harga komoditas cenderung meningkat, sedangkan sektor yang berfokus pada pasar dalam negeri seperti properti masih diharapkan membaik mengingat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita penduduk Indonesia yang terus meningkat serta komitmen pemerintah dalam menurunkan bunga kredit.
Secara historis 11 tahun terakhir kinerja IHSG dibulan Agustus hingga Oktober umumnya cenderung negatif dengan sektor aneka industri , properti dan perdagangan memiliki potensi penurunan terbesar , sementara sektor yang umumnya bertahan adalah konsumsi dan industri dasar.
Reksadana tematik dengan fokus tertentu dapat terlihat menarik secara kinerja, namun secara risiko akan sangat riskan bila tiba-tiba siklusnya berbalik mengingat kondisi perkenomian regional yang masih pesimis. Ada baiknya investor memperlakukan reksadana tematik sebagai alat bantu untuk diversifikasi setelah disesuaikan dengan tujuan dan jangka waktu investasinya.
Happy Investing