Memasuki Penghujung tahun 2015, prediksi-prediksi mengenai tingkat outlook, pertumbahan ekonomi, prospek sektor, hingga nilai IHSG untuk tahun depan mulai banyak di media massa. Sejauh ini prediksi IHSG dari Infovesta berada diantara 5000 – 5400. Bagaimana dengan prospek reksadana di tahun 2016?

Secara sederhana, prediksi indeks menggunakan PER (Price Earning Ratio) merupakan perkalian antara ekspektasi pendapatan emiten di tahun 2016 dengan rasio PER yang wajar menurut analis. Ekspektasi pendapatan emiten biasanya diprediksi dengan mempertimbangkan faktor makro seperti pertumbuhan ekonomi, kapitalisasi pasar, prospek pertumbuhan masing-masing sektor dan pertumbuhan ekonomi global. Semakin baik kondisi-kondisi tersebut, maka semakin tinggi pula ekspektasi pendapatan.

Perbedaan persepsi antara ekspektasi pertumbuhan pendapatan dan Rasio PER wajar inilah yang membedakan satu analis dengan analis lainnya. Ada yang optimis, ada yang moderat, adapula yang pesimis.

Kembali ke reksadana, metode PER ini hanya cocok jika diterapkan pada jenis reksadana indeks atau ETF yang komposisi dan jenis sahamnya tetap dengan menghitung proyeksi return dari masing-masing saham kemudian dihitung bobotnya berdasarkan komposisi masing-masing. Untuk reksadana jenis konvensional, cara ini kurang tepat karena Manajer Investasi dapat mengubah portofolionya sewaktu-waktu.

Untuk memprediksi return reksadana, investor dapat mempergunakan tingkat risiko (standar deviasi) reksadana. Salah satu teori manajemen portofolio yang mengakomodasikan prediksi return menggunakan tingkat risiko adalah konsep Capital Market Line (CML). CML adalah suatu garis yang mencerminkan tingkat return yang diharapkan dari suatu instrumen / portofolio investasi pada berbagai tingkat risiko. Rumus untuk menghitung tingkat return yang diharapkan berdasarkan CML adalah sebagai :

Expected Return = Risk Free + Tingkat Risiko Reksadana x Ekspektasi Return Pasar – Risk Free
Tingkat Risiko Pasar

Risk Free yang dipergunakan disini adalah BI rate (Rate Bank Indonesia) setelah pajak.
Tingkat Risiko yang dimaksud adalah standar deviasi dari reksadana dan IHSG dalam periode tertentu

Skenario Pesimis dan Skenario Optimis
Saat ini prediksi IHSG secara umum berkisar diantara 5000 – 5400, atau jika dari posisi penutupan pada 8 Desember 2015, berpotensi naik sebesar 12% hingga 21%. Dengan asumsi tingkat Risk Free yaitu BI rate untuk tahun depan sekitar 6% setelah pajak ( dengan asumsi kenaikan inflasi mulai terkendali dan suku bunga rata-rata tetap di 7.5%) serta tingkat risiko reksadana dihitung berdasarkan standar deviasi historis reksadana selama 5 tahun terakhir, maka prediksi untuk return reksadana saham, reksadana campuran dan reksadana pendapatan tetap untuk tahun 2016 adalah sebagai berikut:

Dari analisa skenario pesimis dengan target IHSG sebesar 5000 per akhir 2016, pilihan reksadana yang paling menguntungkan adalah reksadana campuran. Reksadana saham yang menanggung tingkat risiko yang besar dan diprediksikan hanya dapat membukukan 2.5% di atas reksadana campuran, sementara untuk jenis reksadana pendapatan tetap, tingkat return yang dihasilkan masih 3% di atas Risk Free. Jika tidak ingin reksadana campuran, maka reksadana pendapatan tetap juga menarik, karena tingkat risiko yang ditanggung sesuai dengan return yang diterima.

Namun lain ceritanya jika yang terjadi adalah skenario optimis, dimana IHSG mampu mencapai 5400. Jenis reksadana saham menjadi jenis yang dapat menjadi pilihan utama karena diprediksikan mampu memberikan tingkat return 23% atau 7% di atas jenis reksadana campuran. Tingkat return untuk reksadana pendapatan tetap juga meningkat menjadi 10.2% di atas tingkat risk free yang sebesar 6%. Dalam kondisi ini, investor dapat memilih jenis reksadana yang sesuai dengan profil risiko karena masing-masing reksadana mampu memberikan tingkat return yang sepadan.

Pendekatan prediksi return dengan menggunakan konsep risiko agak berbeda dengan pendekatan yang digunakan umum yang sering dipergunakan yang menggunakan konsep penghasilan di masa mendatang. Investor perlu memahami hal tersebut, karena reksadana bukan merupakan instrumen akan tetapi lebih merupakan hasil dari keahlian pengelolaan dana yang memiliki karakteristik tertentu. Apakah hasil prediksi di atas telah memenuhi ekspektasi anda?

Happy Investing