Disaat IHSG sedang tertekan tentu investor merasa khawatir bila investasi terus menurun, namun disisi lain terdapat potensi untuk rebound dan bisa saja investor ketinggalan kereta. Untuk itu diperlukan suatu strategi untuk menghindari berbagai kemungkinan buruk yang dapat saja terjadi. Salah satunya adalah diversifikasi.
Diversifikasi sering diartikan sebagai tindakan memperkecil resiko investasi dengan cara mengalokasikan uang kita pada lebih dari satu aset investasi. Dengan demikian, jika salah satu aset kita mengalami kerugian, setidaknya kerugian tersebut tidak terlalu besar karena masih ditutupi oleh keuntungan pada aset lainnya.
Diversifikasi sebenarnya dapat dilakukan dengan cara yang efektif dan sederhana. Di samping itu, diversifikasi tidak hanya berlaku pada saham, namun bisa dikombinasikan dengan aset-aset lain, seperti surat hutang dan deposito. Karena yang terpenting adalah memperkecil resiko investasi.
Di sini, kita akan mengenal cara diversifikasi sederhana pada pasar saham melalui korelasi. Korelasi diterjemahkan sebagai hubungan dari arah pergerakan antara dua indeks sektor saham. Jika kedua indeks sektoral sama-sama bergerak naik, maka dikatakan berkorelasi positif atau searah. Sedangkan jika salah satu indeks sektoral bergerak naik dan yang lainnya bergerak turun, maka dikatakan berkorelasi negatif atau berlawanan arah.
Sehubungan dengan banyaknya saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), maka dikesempatan ini hanya menggunakan sembilan sektor saham yang terdapat di BEI. Sektor saham yang menjadi pilihan adalah yang mempunyai korelasi negatif atau korelasi positif yang paling kecil. Periode perhitungan korelasi menggunakan return bulanan dari 1 Jan 2000 hingga 31 Mei 2015. Berikut adalah tabel matriks korelasi antar sektor saham.
Dari hasil pengamatan di atas, tampaknya tidak ada sektor saham yang berkorelasi negatif. Namun, setidaknya terdapat empat sektor saham yang korelasi antar sektornya dibawah 0.45 dan dianggap kecil, yaitu sektor Pertambangan, sektor Barang Konsumen, sektor pertanian dan sektor Properti. Korelasi antara sektor Pertambangan terhadap sektor Konsumen sebesar 0,4, sedangkan korelasi antara sektor Properti terhadap sektor Pertambangan sebesar 0,45 dan korelasi sektor pertanian terhadap barang konsumsi sebesar 0.44. Sedangkan korelasi sektor saham yang tinggi antara lain keuangan dengan aneka industri dan industri dasar dengan perdagangan yang mencapai 0.75.
Sektor Properti dan Pertambangan berkorelasi kecil diasumsikan karena perusahaan-perusahaan dari sektor tersebut memiliki sumber pendapatan atau penjualan yang berbeda. Perusahaan dari sektor Pertambangan menggantungkan penjualannya pada pergerakan harga komoditas, sedangkan perusahaan dari sektor properti menggantungkan penjualannya pada pergerakan suku bunga dan pertumbuhan kredit.
Harga komoditas tambang dan suku bunga tidak ada kaitannya secara langsung. Harga komoditas tambang lebih condong dipengaruhi oleh pergerakan harian harga minyak mentah dan nilai tukar mata uang. Jika harga minyak mentah cenderung naik, maka harga komoditas juga akan naik. Nilai tukar mata uang berpengaruh pada besarnya penjualan ekspor. Jika nilai tukar Rupiah cenderung menguat, maka para eksportir komoditas tambang, akan merasa dirugikan karena hasil yang diterima menjadi lebih kecil.
Sedangkan pergerakan suku bunga lebih dipengaruhi oleh tingkat inflasi dalam negeri dan kebijakan ekonomi dalam negeri. Jika tingkat inflasi cenderung meningkat, maka suku bunga juga akan cenderung dinaikkan. Kebijakan ekonomi berpengaruh pada pergerakan suku bunga karena jika pemerintah menerapkan kebijakan ekonomi yang ekspansif, maka suku bunga akan cenderung diturunkan, dan sebaliknya.
Di samping itu, hal lain yang membedakan antara sektor Pertambangan dan sektor Properti, yaitu pergerakan saham-sahamnya. Saham-saham pada sektor Pertambangan selalu bergerak fluktuatif merespon pergerakan harian harga komoditas tambang dan minyak mentah. Sedangkan saham-saham pada sektor Properti bergerak relatif stabil karena perubahan suku bunga tidak dilakukan setiap hari.
Sektor pertanian dengan sektor barang konsumen juga memiliki korelasi yang kecil. Alasannya, karena perusahaan dalam sektor barang konsumen mengandalkan penjualan hasil produknya pada kebutuhan sehari-hari dan selera masyarakat. Hal ini tentu berbeda dengan perusahaan dalam sektor pertanian di mana pergerakan harganya tergantung kepada harga komoditas dunia, hasil panen dan juga sebagai bahan bakar alternatif.
Jadi, jika anda ingin melakukan diversifikasi pada investasi saham dan telah memilih salah satu sektor maka ada baiknya melakukan diversifikasi dengan mencari saham dari sektor lain yang korelasinya paling kecil. Harap diingat bahwa kesimpulan ini didapat dari kinerja historis dan hasilnya dapat berbeda bila periode pengamatan dirubah.
Selamat berinvestasi!