Kenaikan harga minyak & batubara yang dapat menyebabkan inflasi, defisit necara perdagangan, kekhawatiran atas kenaikan suku bunga dan juga efek “trade wars” di Amerika Serikat dan juga kisruh politik dapat menjadi katalis negatif yang membuat rata-rata reksadana terutama yang berbasis saham dan obligasi terkoreksi. Atas kekhawatiran diatas wajar bila investor melakukan profit taking apalagi bagi yang sudah mendapatkan return sejak tahun lalu. Lalu kemana dana kas hasil profit taking ini sebaiknya di tempatkan? berdasarkan historis ada 1 jenis reksadana yang terus mampu memberikan imbal hasil diatas deposito, yaitu RDPU( reksadana pasar uang ) yang menempatkan seluruh aset investornya pada instrumen pasar uang. Lalu apa yang disebut sebagai instrumen pasar uang? Instrumen pasar uang adalah efek hutang yang jatuh temponya kurang dari setahun, misalnya sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito dan bisa juga obligasi selama jatuh temponya kurang dari satu tahun. Dengan isi portfolio tersebut reksadana pasar uang menjadi reksadana yang relatif paling aman.
Reksadana pasar uang memiliki beberapa keunggulan yang cukup menarik. Pertama reksadana ini umumnya memiliki imbal hasil yang lebih tinggi dari deposito, harap diingat bunga deposito terkena pajak sebesar 20%, sedangkan reksadana adalah instrumen yang bebas pajak. Reksadana pasar uang juga memiliki likuiditas yang tinggi, subscription (pembelian unit reksadana) ataupun redemption (penjualan kembali unit reksadana ) dapat dilakukan kapanpun dan tanpa biaya. Dengan karakteristik tersebut tentu investor dapat mencoba menggunakan reksadana pasar uang sebagai alternatif deposito. Walaupun demikian investor tidak boleh lupa bahwa reksadana adalah instrumen investasi sehingga berbeda dengan deposito yang masih di jamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan(LPS) bila sesuai dengan peraturan yang berlaku, sedangkan reksadana pasar uang walaupun isinya sebagian besar adalah deposito namun instrumen ini tidak ada yang menjamin.
Industri reksadana pasar uang sendiri juga terus berkembang, hingga akhir Juni 2018 terdapat 139 reksadana pasar uang dengan dana kelolaan sebesar Rp 51.9 triliun. dana kelolaan jenis pasar uang memang lebih kecil bila dibandingkan dengan misalnya dana kelolaan reksadana saham yang mencapai Rp 102 triliun. Pertumbuhan reksadana pasar uang disinyalir karena tren suku bunga deposito yang rendah sehingga membuat banyak investor instritusi maupun individu mulai memanfaatkan RDPU
Dalam memilih reksadana pasar uang investor harus memperhatikan beberapa faktor, salah satunya dana kelolaan. Dana kelolaan minimal sesuai peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah Rp 10 miliar, bila kurang dari nilai tersebut maka suatu reksadana bisa dilikuidasi atau dibubarkan. Semakin besar dana kelolaan juga mencerminkan tingkat kepercayaan investor,selain itu dana kelolaan yang besar juga baik bagi likuiditas reksadana tersebut. Lalu bagaimana kinerja reksadana pasar uang di Indonesia.


Dari tabel diatas dapat dilihat kinerja 10 reksadana pasar uang dengan kinerja year-to-date tertinggi selama tahun 2018 lebih baik dari bunga acuan dimana rata-rata dari periode yang sama ada di 2.75% namun dipotong pajak sebesar 20% menjadi 2.2%. Reksadana pasar uang juga memiliki kelebihan dapat dicairkan kapan saja tanpa pinalti.
Prospek reksadana pasar uang di tahun 2018 masih cerah karena suku bunga yang sudah naik 1% di tahun 2018 dan bahkan diperkirakan dapat naik lagi bila The fed terus menaikkan suku bunganya, ditambah imbal hasil obligasi bertenor 1 tahun yang saat ini terus naik. Saat ini BI 7 Day Repo Rate ada di 5.25% sehingga potensi pendapatan RDPU dimasa depan menjadi lebih tinggi .
Reksadana pasar uang memang cocok bagi investor pemula atau investor yang ingin menjaga nilai uangnya dalam jangka pendek ( kurang dari 1 tahun), Likuiditas yang tinggi dan imbal hasil setara deposito menjadi salah satu daya tarik dari reksadana ini sehingga bila sewaktu-waktu pasar modal mengalami koreksi investor dapat segera melakukan switching ke jenis reksadana lainnya. Secara risiko reksadana ini paling rendah dari jenis reksadana lainnya tetapi bukan berarti tanpa risiko. Bila instrumen yang dibeli seperti deposito atau obligasi mengalami gagal bayar tentu dana investor bisa ikut menguap. Investor diharapkan sudah mempertimbangkan tujuan, jangka waktu dan risiko saat mengambil keputusan investasi. Happy Investing