Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang sangat fluktuatif dalam beberapa bulan terakhir ini. Sebagai contoh IHSG pada awal tahun 2018 berada pada tingkat 6355 poin kemudian mencapai titik tertinggi pada February 2018 yaitu sebesar 6689 poin atau peningkatan sebesar 5% hanya dalam waktu kurang dari 2 bulan. Namun hanya dalam waktu kurang dari enam bulan, seiring dengan keluarnya arus modal asing, kenaikan suku bunga dan kekhawatiran perang dagang IHSG kembali ke level di bawah 6000 an bahkan sempat menyentuh level 5633 pada Juli 2018 atau terjungkal 16% dari titik tertingginya.

Apakah seiring dengan berkembangnya pasar modal, pergerakan indeks lebih fluktuatif dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita cermati volatilitas pergerakan IHSG selama 21 tahun terakhir dalam gambar berikut ini.

Grafik diatas didapat dengan menghitung standar deviasi return harian IHSG yang di kelompokan secara tahunan. Secara rata-rata pergerakan harian IHSG ada di level 1.48% yang artinya investor harus siap bila mengalami kerugian sejumlah tersebut beberapa hari berturut-turut. Volatilitas harian terbesar terjadi di tahun 1998 yang mencapai 3.11% dimana pada saat tersebut Indonesia sedang mengalami krisis moneter.Volatilitas ini sempat menurun di akhir 2002- awal 2007 namun melompat diatas rata-rata ditahun 2008 sebesar 2.5% ketika pasar modal global juga didera oleh krisis likuiditas akibat sub-prime mortgage di Amerika Serikat.

Meski demikian melihat standar deviasi harian IHSG menunjukkan bahwa persentase volatilitas tidak berubah terlalu banyak. Bila mengesampingkan tahun 1998 dan 2008 pun rata-rata standar deviasi harian IHSG sekitar 1.3%. Artinya walau di tahun 2018 ini pasar saham terlihat bergejolak naik volatilitasnya masih dibawah rata-rata 20 tahun terakhir, walau memang tren nya meningkat dalam 2 tahun terakhir

Beberapa hal yang menyebabkan volatilitas IHSG yang cukup tinggi antara lain, kapitalisasi pasar modal Indonesia yang relatif kecil yaitu hanya berkisar US$ 520 miliar, bandingkan dengan India US$ 1682 miliar, Hongkong US$ 3300 miliar, dan London US$ 6100 miliar. Dengan nilai kapitalisasi yang relatif kecil, pergerakan indeks akan sangat mudah dipengaruhi oleh masuk keluarnya dana dari luar negeri; selain itu jumlah pemain juga relatif kecil yaitu sekitar 1.2 juta orang dibandingkan dengan Malaysia yang mencapai 3 juta orang ditambah lagi jumlah emiten hanya sejumlah 610 perusahaan per September 2018 sehingga membatasi investor dalam melakukan investasi. Faktor lainnya adalah tidak seimbangnya kapitalisasi pasar antar emiten di bursa sehingga penurunan drastis pada beberapa emiten berkapitalisasi besar dapat menurunkan indeks secara signifikan, contohnya saham dengan kapitalisasi diatas 5% per September 2018 seperti Unilever Indonesia Tbk (UNVR) 5.39%, Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) 5.19%, Bank Central Asia Tbk (BBCA)8.9% dan H.M. Sampoerna Tbk ( HMSP) 6.8%. Pergerakan saham negatif pada keempat emiten ini sudah mempengaruhi pergerakan bursa hingga 20%, padahal saham yang lain belum tentu turun.

Meski menunjukkan volatilitas yang tinggi dalam beberapa bulan terakhir ini, ternyata secara rata-rata, persentase tingkat volatilitas harian selama 15 tahun terakhir adalah sebesar 1.48%. Sementara rata-rata tingkat volatilitas untuk pergerakan indeks selama 8 bulan terakhir adalah sebesar 1.03%. Dengan demikian ternyata bila dicermati secara persentase, fluktuasi harian dari pergerakan indeks di Indonesia tidak banyak berubah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya dan justru menurun. Hanya saja dengan semakin tingginya IHSG maka kisaran antara indeks tertinggi dengan indeks terendah juga lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Jadi di level 6000 an, jangan kaget bila IHSG naik/turun 1000 poin dalam satu bulan . Tingkat volatilitas sebesar ini membutuhkan investor yang sudah memperhitungkan jangka waktu untuk berani mengambil resiko dan tidak mudah panik sehingga sangat dianjurkan agar dana yang diinvestasikan benar-benar dana jangka panjang. Happy Investing