Tahun 2016 merupakan tahun yang sangat baik bagi industri pasar modal Indonesia. Sejalan dengan katalis positif perbaikan ekonomi, tren penurunan suku bunga dan juga sukses nya program tax amnesty oleh pemerintah membuat indeks saham mencatatkan kinerja yang menggembirakan. Lalu bagaimana dengan kinerja industri reksadana saham?
Walaupun indeks melaju kencang di tahun ini namun tidak semua produk reksadana saham mampu mengikuti secara kinerja. Salah satu indeks yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja reksadana saham adalah KOMPAS 100. Indeks ini merupakan kumpulan dari 100 saham yang paling likuid dan mencakup hingga 70% kapitalisasi Bursa Efek Indonesia. Definisi likuid disini adalah memiliki rata-rata nilai transaksi tertinggi 6 bulan terakhir. Indeks ini perbarui setiap 6 bulan pada bulan Februari dan Agustus. KOMPAS 100 membukukan pertumbuhan return hingga 13.17% sejak awal tahun hinggal tanggal 30 Desember 2016. Menggunakan Indeks KOMPAS 100 sebagai acuan maka dari 191 reksadana saham hanya 58 reksadana saham ( 30%) yang mampu mengalahkan indeks, sehingga menjadi penting bagi investor untuk memilih produk dengan kinerja diatas rata-rata karena terdapat 19 reksadana saham (9.9%) yang justru mencatatkan kinerja negatif.
Adapun dalam berinvestasi reksadana investor juga harus mempertimbangkan sisi risiko. Umumnya risiko utama reksadana adalah volatilitas harga yang dapat turun seiring dengan koreksi pada indeks pasar modal. Risiko potensi penurunan harga ini dapat diukur dengan menggunakan metode standar deviasi, semakin tinggi standar deviasi suatu reksadana maka semakin besar risikonya karena volatilitas harga yang terjadi, dengan demikian potensi penurunan bila terjadi koreksi menjadi lebih tinggi
Untuk melihat hubungan kinerja return dengan risiko maka dapat dipergunakan peta risk & return sebagai infografis untuk memvisualisasikan kinerja masing-masing reksadana. Dalam kesempatan ini kriteria yang digunakan dalam pemetaan adalah 10 reksadana saham dengan return year-to-date tertinggi yang memiliki dana kelolaan diatas Rp. 25 Miliar per November 2016. Hasil pemetaan dapat dilihat sebagai berikut.

Sumbu mendatar dibentuk dari standar deviasi atau risiko fluktuasi reksadana yang disetahunkan. Semakin ke kanan, berarti semakin besar risiko reksadana dan sebaliknya. Sumbu vertikal (berdiri) menunjukkan return reksadana. Semakin tinggi, berarti semakin besar pula return reksadana tersebut. Sebagai perbandingan digunakan indeks KOMPAS 100 untuk membagi kinerja reksadana saham dari sisi risiko yaitu low risk untuk reksadana yang tingkat risiko dibawah indeks dan high risk untuk sebaliknya, demikian juga dengan kinerja return dibagi menjadi high return untuk kinerja diatas indeks dan low return untuk sebaliknya.


10 reksadana terbaik dari sisi kinerja memiliki kinerja return diatas indeks sehingga dapat digolongkan sebagai reksadana high return, namun dengan profil risiko yang berbeda. Kuadran Low Risk-High Return (kiri atas) mengindikasikan kinerja yang superior dibanding kuadran lainnya. Reksadana saham Sucorinvest Equity Fund dari PT Sucorinvest Asset Management menjadi reksadana saham Low Risk-High Return terbaik secara year-to-date baik dari sisi return dan risiko disusul oleh Sucorinvest Sharia Equity Fund yang dikelola oleh manajer investasi yang sama namun dengan prinsip syariah. Hasil ini menunjukkan kemampuan manajer investasi dalam mengelola portfolio secara optimal sehingga mampu memberikan kinerja terbaik secara return dengan risiko terukur. Saat di konfirmasi mengenai hal Investment Director PT Sucorinvest Asset Management, Jemmy Paul, menjelaskan bahwa konsistensi risiko rendah tersebut dicapai dengan menjaga tracking error reksadana agar tidak jauh dari indeks, yaitu dengan menjaga supaya jumlah saham bluechips memiliki porsi yang cukup besar dalam reksadana. Selain itu, perlu juga memilih sektor yang menarik dari sisi potensi dan valuasi untuk mendapatkan imbal hasil diatas indeks.
Strategi investasi setiap reksadana memang berbeda sehingga investor dianjurkan memahami pengelolaan oleh manajer investasi dan melakukan evaluasi guna memilih reksadana saham yang paling cocok untuk mencapai tujuan investasinya. Momen windows dressing pada bulan desember dapat dimanfaatkan oleh investor untuk berinvestasi pada reksadana saham. Apalagi saat ini membeli reksadana relatif mudah karena dapat meggunakan agen penjual reksa dana berbasis website seperti ipotfund, Bareksa ataupun POEMS

Tentu saja kinerja risk & return bukan satu-satunya acuan dalam memilih reksadana saham, investor tetap harus mempertimbangkan faktor lain seperti kesesuaian produk dengan time horizon investasi mengingat reksadana saham adalah produk untuk jangka panjang. Faktor lain seperti dana kelolaan juga dapat diperhatikan untuk memberikan kenyamanan dalam likuiditas . Happy Investing