Rendahnya inflasi yang dikaitkan dengan perlambatan ekonomi serta upaya pemerintah untuk menekan suku bunga pinjaman membuat tren suku bunga terus menurun. Kekhawatiran atas kenaikan suku bunga di Amerika Serikat memang menahan penurunan lebih lanjut. Selama ini BI Rate menjadi suku bunga acuan yang terakhir pada posisi 6.5%, namun demikian Bank Indonesia memberlakukan suku bunga acuan baru yaitu BI 7 Day Repo Rate yang berada pada level 5.25%. Bagaimana pengaruh suku bunga ini terhadap reksadana pasar uang (RDPU)?

Definisi instrumen pasar uang adalah efek hutang yang jatuh temponya kurang dari setahun, misalnya sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito dan bisa juga obligasi selama jatuh temponya kurang dari satu tahun. Dengan isi portfolio demikian reksadana pasar uang menjadi reksadana yang relatif paling aman dibanding reksadana lainnya.
Reksadana pasar uang memiliki beberapa keunggulan yang cukup menarik. Pertama reksadana ini umumnya memiliki imbal hasil yang lebih tinggi dari deposito, harap diingat bunga deposito terkena pajak sebesar 20%, sedangkan reksadana adalah instrumen yang bebas pajak. Reksadana pasar uang juga memiliki likuiditas yang tinggi, subscription (pembelian unit reksadana) ataupun redemption (penjualan kembali unit reksadana ) dapat dilakukan kapanpun dan tanpa biaya. Dengan karakteristik tersebut tentu investor dapat mencoba menggunakan reksadana pasar uang sebagai alternatif deposito. Walaupun demikian investor tidak boleh lupa bahwa reksadana adalah instrumen investasi sehingga berbeda dengan deposito yang masih di jamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan(LPS) bila sesuai dengan peraturan yang berlaku, sedangkan reksadana pasar uang walaupun isinya sebagian besar adalah deposito namun instrumen ini tidak ada yang menjamin.

Industri reksadana pasar uang sendiri juga terus berkembang, hingga akhir Agustus 2016 terdapat 101 reksadana pasar uang dengan dana kelolaan sebesar Rp 31.8 triliun. dana kelolaan jenis pasar uang memang termasuk kecil bila dibandingkan dengan misalnya dana kelolaan reksadana saham yang mencapai Rp 112 triliun. Namun secara year to date pertumbuhan dana kelolaan di banding bulan Desember 2015 reksadana pasar uang tumbuh 34% jauh melebihi pertumbuhan reksadana saham yang tumbuh sebesar 5%.
Dalam memilih reksadana pasar uang investor harus memperhatikan beberapa faktor, salah satunya dana kelolaan. Dana kelolaan minimal sesauai peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah Rp 10 miliar, bila kurang dari nilai tersebut maka suatu reksadana bisa dilikuidasi atau dibubarkan. Semakin besar dana kelolaan juga mencerminkan tingkat kepercayaan investor,selain itu dana kelolaan yang besar juga baik bagi likuiditas reksadana tersebut. Lalu bagaimana kinerja reksadana pasar uang di Indonesia.

Dari tabel diatas dapat dilihat kinerja 10 reksadana pasar uang dengan return tertinggi lebih baik dari suku bunga penjaminan LPS dimana dari periode yang sama ada di 6.75% namun dipotong pajak sebesar 20% menjadi 5.4% ditambah Reksadana pasar uang juga memiliki kelebihan dapat dicairkan kapan saja tanpa pinalti. Tingginya kinerja ini mengindikasikan manajer investasi melakukan penempatan tidak hanya dalam deposito tetapi juga dalam instrument pasar uang lain seperti obligasi sehingga turut menikmati kenaikan harga terkait penurunan suku bunga.

Walau kinerja tahun 2016 sangat baik namun prospek reksadana pasar uang di tahun 2017 diperkirakan akan mengalami penurunan dari sisi imbal hasil. Hal ini terkait suku bunga acuan deposito yang akan menurun bila mengacu ke BI 7 day Repo Rate. Dengan demikian manajer investasi dalam memberikan kinerja optimal akan dituntut untuk melakukan investasi pada produk pasar uang selain deposito.

Reksadana pasar uang memang cocok bagi investor pemula atau investor yang ingin menjaga nilai uangnya dalam jangka pendek ( kurang dari 1 tahun), Likuiditas yang tinggi dan imbal hasil setara deposito menjadi salah satu daya tarik dari reksadana ini sehingga bila sewaktu-waktu pasar modal mengalami koreksi investor dapat segera melakukan switching ke jenis reksadana lainnya. Secara risiko reksadana ini paling rendah dari jenis reksadana lainnya tetapi bukan berarti tanpa risiko. Bila instrumen yang dibeli seperti deposito atau obligasi mengalami gagal bayar tentu dana investor bisa ikut menguap. Investor diharapkan sudah mempertimbangkan tujuan, jangka waktu dan risiko saat mengambil keputusan investasi. Happy Investing