Indeks saham adalah salah satu metode untuk mengukur pergerakan kumpulan saham secara keseluruhan ataupun atas saham-saham dengan kriteria tertentu. Di Indonesia sendiri indeks yang paling dikenal adalah IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) yang merepresentasikan pergerakan seluruh saham yang tercata di Bursa Efek Indonesia yang per Mei 2016 memiliki anggota sebanyak 530 perusahaan.
Indeks saham umumnya digunakan oleh investor sebagai indikator dalam melihat pergerakan bursa dan sebagai pembanding (benchmark) untuk menilai kinerja investasi yang berkaitan dengan saham. Indeks juga dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai baik buruknya kinerja investasi seperti reksadana. Saat ini di bursa Indonesia terdapat beberapa indeks yang umum digunakan sebagai acuan, dalam kesempatan ini kita akan membahas 8 indeks berdasarkan kriterianya dan kinerjanya dibandingkan dengan IHSG secara year-to-date.

Indeks LQ45
Merupakan Indeks yang mewakili pergerakan 45 saham yang paling likuid. Definisi likuid disini adalah memiliki rata-rata nilai transaksi tertinggi 6 bulan terakhir. Indeks ini perbarui setiap 6 bulan pada bulan Februari dan Agustus. Karena umumnya saham likuid memiliki kapitalisasi pasar yang besar pergerakan LQ-45 sangat mirip dengan IHSG. Saham –saham yang tergabung dalam LQ-45 sendiri mewakili sekitar 65% kapitalisasi BEI (Bursa Efek Indonesia)

KOMPAS 100
Merupakan indeks yang mewakili pergerakan 100 saham yang paling likuid, kriteria yang digunakan mirip dengan LQ45 hanya saja jumlahnya diperbesar hingga 100 saham. Indeks ini sudah mewakili hingga 70% kapitalisasi Bursa Efek Indonesia
Indeks IDX30
Merupakan indeks yang mewakili pergerakan 30 saham yang paling likuid, kriteria yang digunakan mirip dengan LQ45 hanya saja jumlahnya diperkecil hingga 30 saham. Indeks ini sudah mewakili hingga 52% kapitalisasi Bursa Efek Indonesia

Indeks Bisnis-27
Agak berbeda dengan kedua indeks sebelumnya Indeks ini mewakili 27 saham dengan saham dengan kapitalisasi terbesar dengan transaksi terlikuid ditambah dengan kriteria fundamental yang baik, seperti Laba Usaha, Laba Bersih, Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan DER. Indeks ini diperbarui setiap bulan Mei dan November

Indeks Pefindo-25
Merupakan Indeks yang 25 emiten anggotanya dipilih berdasarkan kriteria SME (Small Medium Enterprises) yaitu total aset perusahaan dibawah Rp 1 Triliun, memiliki ROE diatas rata-rata bursa dan laporan keuanganya wajar tanpa pengecualian, selanjutnya disortir berdasarkan kriteria likuiditas. Indeks ini diperbarui setiap bulan Februari dan Agustus

Indeks SRI-KEHATI
Indeks ini dibentuk atas kerja sama dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI). SRI adalah kependekan dari Sustainable Responsible Investment. Indeks memiliki kriteria emiten-emiten yang memiliki kesadaran terhadap lingkungan dan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik. Seperti misalnya tidak memiliki bidang usaha yang berkaitan dengan nuklir, tembakau, alkohol ,rekayasa genetik dan sebagainya serta memiliki program CSR yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Indeks ini terdiri dari 25 emiten yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteri-kriteria seperti Total Aset diatas Rp 1 triliun, Price Earning Ratio (PER) positif dan saham beredar minimum 10% .

Jakarta Islamic Index (JII)
Merupakan indeks yang mewakili pergerakan 30 saham syariah (Bidang usahanya sesuai dengan hukum Islam) yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar dengan transaksi terlikuid. Sesuai dengan tema yang diusung indeks ini tidak memasukkan emiten keuangan non syariah seperti bank dan multifinance. Umumnya anggotanya berasal dari sektor infrastruktur, konsumsi dan komoditas. Anggotanya diperbarui setiap 6 bulan pada bulan Januari dan Juli.


Setelah memahami kriteria masing-masing indeks dari tabel diatas dapat dilihat kinerja selama year-to-date ditahun 2016. Dari sisi return indeks Pefindo-25 memiliki return yang paling tinggi, menarik karena dapat diasumsikan tahun ini emiten 2nd liner mengalami kenaikan yang tinggi, disusul oleh JII dan SRI KEHATI. Yang berarti dari sisi return di sepanjang tahun ini lebih menarik untuk memegang saham SME dengan kapitalisasi menengah kecil dan berbasis syariah, dimana berinvestasi pada 30 saham IDX 30 atau 25 saham SRI-KEHATI lebih baik dari memegang 45 saham LQ45 atau 100 saham KOMPAS100.
Dari sisi diversifikasi memiliki 100 saham dengan kapitalisasi terbesar pergerakanya berkorelasi positif hingga 99% dengan memiliki seluruh saham di bursa artinya pergerakan KOMPAS100 hampir selalu searah dengan pergerakan IHSG. Namun Dari sisi risiko ternyata dengan melakukan pemilihan saham, risiko yang ditanggung investor menjadi lebih tinggi dilihat dari Annualized risk yang merupakan standar deviasi dari pergerakan return dan beta masing-masing indeks yang lebih tinggi dari IHSG.
Sesuai dengan tren bahwa pergerakan indeks sulit untuk konsisten dikalahkan oleh manajer investasi maka investor dapat saja melakukan strategi passive investing atau indexing, yaitu berinvestasi pada saham-saham pembentuk indeks sesuai dengan bobotnya agar mendapatkan kinerja yang setara dengan indeks yang diikuti (be the index) . Hal ini dapat dicapai dengan langsung membeli saham nya atau melalui reksadana indeks dan ETF (Exchange Traded Fund) yang mengikuti indeks.
Harap diingat data historis tidak mencerminkan kinerja dimasa yang akan datang, meski saat ini JII dan pefindo-25 memiliki kinerja diatas rata-rata namun beberapa tahun yang lalu sempat menjadi yang terburuk. Investasi berbasis saham idealnya dilakukan untuk tujuan investasi jangka panjang. Happy Investing