Di Paruh kedua tahun 2016 pasar saham Indonesia kembali menguat hingga menembus kembali level psikologis di 5200 di pertengahan bulan Juli. Seiring dengan hal tersebut reksadana saham juga kembali menjadi primadona. Namun sebelum berinvestasi pada reksadana saham, investor perlu melakukan evaluasi terhadap kinerja historis dari reksadana tersebut. Salah satu cara untuk mengevaluasi kinerja dari suatu reksadana saham adalah dengan membandingkan return yang dihasilkannya dengan tingkat return yang diharapkan (expected return) dari reksadana tersebut dengan mempertimbangkan risiko yang harus ditanggung oleh investor.
Pengukuran expected return yang sering digunakan adalah dengan menggunakan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM). Rumus menghitung expected return dengan menggunakan metode CAPM adalah sebagai berikut:
Berdasarkan persamaan diatas maka hal utama yang mempengaruhi perbedaan expected return dari reksadana yang satu dengan yang lain adalah perbedaan besarnya β dari masing-masing reksadana tersebut. Adapun β adalah suatu koefisien yang digunakan untuk mengukur risiko sistematis dari portofolio suatu reksadana. Risiko sistematis sendiri adalah risiko yang dimiliki oleh semua asset dan lebih disebabkan karena pengaruh kondisi makro ekonomi sehingga tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Sehingga bila sebuah portfolio mampu memberikan return diatas expected returnnya maka selisihnya dikenal juga dengan istilah Jensen’s Alpha yang semakin tinggi semakin baik.
Pengukuran risiko dengan menggunakan β dapat dilakukan dengan asumsi bahwa risiko-risiko spesifik dari masing-masing asset dalam portofolio reksadana (unsystematic risk) sudah dihilangkan sepenuhnya dengan diversifikasi. Namun, pada kenyataannya, reksadana saham yang ada saat ini di Indonesia tidak dapat melakukan diversifikasi secara sempurna. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa penilaian risiko portofolio reksadana saham menggunakan nilai β tidak dapat dikatakan akurat.
Melihat kenyataan tersebut, maka metode perhitungan nilai expected return yang telah memperhitungkan keseluruhan risiko portofolio (baik systematic maupun unsystematic) dirasa perlu untuk memberikan hasil evaluasi yang lebih akurat. Salah satu metode tersebut adalah perhitungan dengan menggunakan Capital Market Line (CML). CML merupakan pengembangan dari perhitungan expected return dengan CAPM, namun faktor risiko yang dipergunakan dalam kalkulasinya adalah risiko total (systematic dan unsystematic risk) yang dilambangkan dengan standar deviasi (δ). Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Berdasarkan persamaan diatas dilakukan evaluasi terhadap reksadana saham yang telah berumur 1 tahun pada 27 Juli 2016. Data yang digunakan adalah data kinerja dan standar deviasi reksadana saham selama 1 tahun. 10 reksadana saham terbaik adalah sebagai berikut
10 Reksadana Saham Terbaik Berdasarkan Jensen Alpha periode 27 Juli 2016 – 27 Juli 2016
Sumber data : www.infovesta.com * data per 30 Juni 2016
Dari 168 reksadana saham yang sudah berumur 1 tahun pada periode pengamatan terdapat 120 reksadana saham yang kinerjanya diatas IHSG.Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, 3 reksadana dengan ?? return tertinggi adalah Lippo Equity Plus, Panin Dana Teladan dan Sucorinvest Equity Fund 3 reksadana tersebut berhasil memperoleh return yang cukup jauh diatas return yang diharapkan untuk masing-masing produk reksadana tersebut. Hal ini dapat diasumsikan manajer investasinya mampu memilih portfolio atau melakukan trading sehingga kinerjanya lebih baik dari market. Namun dalam pemilihan investasi, investor hendaknya tetap memperhatikan faktor risiko yang harus ditanggung, karena seperti yang terlihat pada tabel diatas besarnya ? return setiap reksadana tersebut dicapai dengan tingkat risiko yang berbeda. Harap diingat bawah evaluasi ini menggunakan data historis dimana tidak ada jaminan kinerja yang sama akan berulang dimasa depan.
Seorang investor yang ingin berinvestasi pada instrument reksadana saham perlu terlebih dahulu mengetahui berapakah target return yang ingin dicapainya dan juga mengenali karakter risk and return yang dimilikinya. Setelah mengetahui hal-hal tersebut, barulah investor dapat memutuskan reksadana mana yang sesuai untuk berinvestasi.
Selamat Berinvestasi