Secara umum siklus Makro Ekonomi terdiri dari 4 tahapan yaitu Pemulihan, Ekspansi, Perlambatan, dan Resesi. Tiap tahapan memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap kinerja instrumen investasi. Dengan memilih instrumen yang tepat pada tahapan yang tepat, investor dapat memaksimalkan hasil investasi sekaligus meminimalkan potensi kerugian. Bagaimana cara untuk mengetahui tahapan mana sekarang ini? Instrumen apa yang diuntungkan pada tahapan tersebut? Dan bagaimana untuk mengetahui bahwa telah terjadi perubahan sehingga kita bisa bereaksi lebih cepat? Untuk itu dapat menggunakan investment clock

Ada 4 lapisan dalam diagram ini yaitu lapisan paling dalam yang disebut instrumen inti. Lapisan kedua hingga keempat adalah menyatakan sektor-sektor yang diperkirakan akan lebih diuntungkan dalam kondisi tersebut. Pemilihan sektor-sektor ini dilakukan berdasarkan perkiraan kebijakan counter cycle yang akan di ambil pemerintah. Sebagai contoh, pada saat kondisi perekonomian mengalami resesi, maka langkah yang dilakukan pemerintah untuk mempercepat berlalunya resesi adalah dengan menstimulus perekonomian melalui pembangunan infrastruktur. Oleh karena itu, sektor infrastruktur menjadi salah satu sektor pilihan dalam kondisi resesi.

Investment Clock



4 Tahapan Siklus Investasi Makro Ekonomi

Tahapan Ekspansi ditandai dengan inflasi yang semakin meningkat dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang meningkat (Kanan Atas). Tahun 2006 – 2007 adalah contoh tahap ekspansi dimana tingginya harga minyak dunia yang berimbas pada meningkatnya harga-harga komoditas. Hasilnya tingkat inflasi meningkat terus dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ekonomi juga mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya produksi dan ekspor terutama pada sektor komoditas. Instrumen investasi yang cocok pada tahapan ini adalah Saham dan Komoditas. Sektor yang akan diuntungkan secara langsung adalah sektor Perkebunan dan Pertambangan (lebih diutamakan), Aneka Industri dan Properti.

Tahapan Perlambatan ditandai dengan tingkat inflasi dan suku bunga yang masih tinggi, namun pertumbuhan ekonomi mulai mengalami perlambatan (Kanan Bawah). Tingginya tingkat suku bunga dan harga komoditas, cepat atau lambat akan menyebabkan penurunan permintaan dan pada akhirnya akan menyebabkan perlambatan ekonomi seperti pada yang terjadi saat ini. Instrumen investasi yang tepat adalah instrumen pasar uang, seperti deposito dan pasar uang. Sedangkan untuk sektor yang berpotensi diuntungkan adalah sektor Barang Konsumsi.

Pada tahun 2014, tanda-tanda perubahan ini sebenarnya sudah terlihat ketika Bank Indonesia mulai menaikkan BI Rate untuk mengekang tingkat inflasi pada bulan November 2014. Kenaikan inflasi sendiri tidak menandakan perpindahan tahapan dalam siklus makro ekonomi, namun jika kenaikan inflasi kemudian memicu kenaikan suku bunga berarti sudah ada indikator yang kuat bahwa situasi akan berubah. Ketika pemerintah mulai menaikkan suku bunga, investor seharusnya sudah mulai memindahkan fokus dari instrumen saham ke instrumen pasar uang. Namun demikian euforia yang terbawa dari tahun 2014 masih terlalu kuat sehingga investor pada tahun 2015 masih memilih saham atau reksa dana saham sebagai instrumen pilihan utamanya.

Tahapan Resesi ditandai turunya tingkat inflasi yang memicu penurunan tingkat suku bunga dan pertumbuhan ekonomi yang masih melambat (Kiri Bawah). Instrumen investasi yang cocok untuk dikoleksi adalah obligasi baik obligasi korporasi maupun obligasi pemerintah. Sedangkan untuk sektor saham memfavoritkan sektor Infrastruktur dan Barang Konsumen.

Tahapan Pemulihan ditandai dengan tingkat inflasi yang masih rendah, namun perekonomian mulai menunjukkan tren pertumbuhan ekonomi yang positif. Untuk mengetahui apakah tahapan pemulihan ini sudah terjadi atau tidak, investor bisa mencermati salah satu indikator penting yaitu tingkat penyaluran kredit perbankan dan NPL (Non Performing Loan). Pada tahapan ini, instrumen inti akan kembali berpindah dari obligasi menjadi saham. Sektor-sektor yang menjadi favorit adalah sektor Industri Dasar, Keuangan dan Properti.

Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas maka bahwa kondisi ekonomi yang terjadi saat ini sudah melewati siklus perlambatan. Bila perlambatan ekonomi terus terjadi memang dapat menjadi resesi berkepanjangan, namun demikian tanda-tanda pemulihan sudah mulai terlihat seperti membaiknya neraca perdagangan dan tren penguatan rupiah, disamping inflasi rendah yang membuka peluang suku bunga kembali turun diikuti oleh penurunan suku bunga kredit. Disamping komitmen pemerintah dalam memberikan stimulus dalam bentuk paker ekonomi.

Untuk itu, instrumen hutang seperti obligasi masih akan menjadi salah satu pilihan utama disaat tren penurunan bunga. Sektor yang berpotensi adalah sektor Barang Konsumsi dan Infrastruktur, bila siklus revovery terus berlanjut maka sektor keuangan, industri dasar dan properti menjadi penggerak berikutnya.

Tentu saja, analisis ini masih bersifat sangat makro, investor perlu melakukan analisis yang lebih lanjut mengenai individual perusahaan untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Tidak menutup kemungkinan juga bahwa terdapat saham dari sektor lain yang lebih menguntungkan. Pembahasan kali ini lebih mengarah kepada alokasi portofolio secara umum dalam berbagai tahapan siklus ekonomi. Sebelum mengambil suatu keputusan investasi investor harus selalu menjadikan makro ekonomi sebagai salah satu pertimbangan utama. Happy Investing.