Seiring dengan tren perlambatan ekonomi di pasar global, pasar saham internasional mulai berjatuhan. Sejak awal tahun hingga 20 Agustus 2015 indeks Dow Jones Industrial Index (DJIA) telah minus 3.53%, London FTSE 100 minus 1.42% , Singapore Strait Times Index (STI) minus 9.65% dan Kuala Lumpur Composite Index minus 10.44%. IHSG (Indeks harga Saham Gabungan) sendiri selain dikepung oleh sentimen negatif dari regional juga didera katalis negatif dari dalam negeri seperti perlambatan pertumbuhan ekonomi, kurs USD yang sudah melemah 11% dan terus bergerak menuju 14000/USD dan juga tren investor asing yang terus melakukan penjualan. Sebagai akibatnya bursa saham Indonesia sudah minus 15.02%.

Namun demikian koreksi dalam bukanlah sesuatu yang aneh di bursa saham, kejadian terburuk dalam 15 tahun terakhir Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang tahun 2008 ambles sebesar 50% namun bila anda berinvestasi di IHSG maka potensi kerugian maksimal yang bisa anda derita adalah masuk di tanggal 8 Januari 2008 ketika indeks berada di level tertinggi 2830 dan keluar tanggal 29 Oktober 2008 saat IHSG terjun bebas ke level terendah di 1111 dengan kata lain anda loss sebesar 61%. Kerugian sebesar -61% ini dalam istilah investasi dikenal sebagai Maximum Draw Down (MDD), yaitu kerugian maksimum yang mungkin terjadi pada suatu periode. Dalam 15 tahun terakhir data kejatuhan IHSG dapat dilihat dalam tabel berikut



Dapat dilihat bahwa walaupun umumnya indeks mengalami return positif namun selalu ada potensi bagi investor yang ”kurang beruntung” untuk mengalami kerugian setiap tahun bila membeli pada saat harga tertinggi dan ”cut loss” setelahnya pada harga terendah. Bila dirata-rata dalam 15 tahun terakhir indeks selalu dapat jatuh sebesar 21% dari titik tertingginya. Kejatuhan dalam ini tidak terjadi dalam waktu singkat, di tahun 2008 nyaris dalam 10 bulan IHSG terus melemah, koreksi iHSG hingga kembali rebound tercepat terjadi di tahun 2004 yang mencapai 20 hari. Pada tahun 2015 sendiri IHSG sudah melemah selama 135 hari ( hingga 20 Agustus ) jauh diatas rata-rata 15 tahun sebanyak 69hari. Bila dilihat maka kejatuhan tahun ini menjadi yang terburuk sejak tahun 2008.

Walaupun angka kerugian diatas terlihat mengerikan investor saham perlu untuk terus memiliki horizon investasi jangka panjang. Pada kerugian sangat dalam di tahun 2008 pun IHSG dapat rebound kembali di tahun 2010. Artinya selama fundamental ekonomi masih baik dan para emiten masih dapat menghasilkan profit dari menjalankan usahanya maka selalu ada potensi untuk rebound. Sebenarnya koreksi merupakan bagian dari investasi saham sehingga investor digarapkan selalu memiliki strategi untuk menghadapinya.

Dengan kondisi bursa saham saat ini berfluktuasi dengan sangat tajam maka bisa saja sewaktu-waktu berbalik arah. Untuk mengantisipasi hal ini investor yang masih berhati naja dan memiliki horizon investasi jangka panjang dapat berinvestasi pada saham ataupun reksa dana saham yang secara historis potensi kerugiannya lebih kecil dari IHSG dengan harapan bila tiba saatnya pasar berbalik arah dapat ikut menikmati keuntungan.Harap diingat bahwa kejadian dimasa lalu belum tentu berulang dan kejatuhan seperti tahun 2008 dapat saja terjadi lagi, investor diharapkan memiliki strategi manajemen risiko seperti misalnya cut loss pada kerugian tertentu untuk menghindari kerugian yang terlalu dalam. Happy Investing!