Diversifikasi adalah suatu strategi investasi untuk cara melakukan kombinasi investasi dalam suatu portofolio. Tujuan dari diversifikasi adalah untuk meminimumkan risiko dan atau memaksimumkan return. Cara yang paling umum dan mudah digunakan adalah investasi dengan dua kelas aset yang berbeda yaitu Saham dan Obligasi. Apakah cara tersebut efektif terutama pada masa Pandemi?

Periode 1 tahun terakhir merupakan sebuah masa dimana pergerakan dunia investasi, terutama saham, sangat fluktuatif dan terkoreksi karena pandemi COVID-19, dimana aktivitas masyarakat menjadi terbatas dan berimbas pada menurun nya kinerja hampir semua emiten di bursa. Hal tersebut mengingatkan kita bahwa meskipun menjanjikan return yang besar, investasi pada instrumen saham memiliki tingkat risiko yang tinggi pula. Untuk investor institusi yang pada umumnya memiliki profil risk and return yang lebih konservatif, diversifikasi merupakan strategi investasi yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko.

Suatu diversifikasi yang sempurna terjadi ketika instrumen-instrumen yang ada di dalamnya memiliki korelasi negatif sempurna (-1). Sebagai contoh, sebuah portofolio yang sudah terdiversifikasi memiliki dua buah instrument investasi di dalamnya. Ketika salah satu investasinya bergerak turun (memberikan return negatif), maka investasi yang lain akan bergerak berlawanan dan memberikan return positif.

Diversifikasi biasanya dilakukan dengan membagi investasi ke kelas aset saham and obligasi. Dengan terbatasnya instrumen obligasi korporasi dan pertimbangan likuiditas serta risiko kredit yang meningkat akibat pandemi, maka pilihan utama para investor institusi jatuh ke Surat Utang Negara. Namun apakah investasi pada Surat Utang Negara merupakan bentuk diversifikasi dari investasi pada instrumen saham? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kami akan membandingkan kinerja instrumen saham (yang diwakili dengan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan yang merupakan kumpulan dari seluruh saham yang tercatat di bursa) dengan obligasi pemerintah yang diwakili oleh Infovesta Government Bond Index (IGBI)

Infovesta Government Bond Index adalah sebuah indeks yang dikembangkan oleh PT. Infovesta Utama yang dapat mewakili investasi pada obligasi Negara dan dihitung dengan metode total return (mencakup pergerakan harga dan juga pendapatan dari kupon) dan mewakili obligasi negara dengan jenis fixed rate atau dengan kupon yang tetap. Indeks tersebut dibuat dengan asumsi bahwa seorang investor membeli seluruh produk obligasi Negara yang beredar di pasaran dengan pembobotan sesuai dengan nilai nominalnya dibandingkan dengan nilai nominal keseluruhan obligasi. Yield to maturity dan pembagian kupon juga dimasukkan dalam kalkulasi IGBI.

Periode yang digunakan untuk membandingkan kinerja dari kedua instrumen investasi tersebut adalah periode waktu selama 3 tahun terakhir (15 Oktober 2017 – 15 Oktober 2020) dengan pertimbangan bahwa periode tersebut sudah meliputi periode bearish (periode kejatuhan pasar saham), dan periode recovery (periode pemulihan pasar saham yang terjadi mulai pertengahan 2020 sampai sekarang). Hasil perbandingan kinerja keduanya dapat dilihat pada grafik perbandingan return berikut ini:

Dari grafik diatas, dapat kita lihat bahwa pada dasarnya pergerakan return dari IHSG dan IGBI dari 2017-2019 adalah hampir searah. Pada periode Oktober 2017 – Oktober 2019, keduanya berada dalam tren bullish yang diikuti oleh bearish. Namun pada bulan maret tahun 2020 dapat dilihat bahwa pergerakan nya mulai berlawanan, dimana IGBI masih mampu positif sementara IHSG terjerembab dalam. Dari sisi risiko terlihat IGBI lebih landai dari IHSG terutama pada saat terjadi market bearish. Hal ini terjadi karena Surat Utang Negara atau SUN memberikan kepastian akan tingkat pengembalian dalam bentuk kupon dan juga dipandang sangat aman.

Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan Surat Utang Negara pada periode pengamatan dapat digunakan sebagai instrumen diversifikasi dari investasi saham yang efektif dalam jangka menengah. Hal ini dapat dilihat juga dengan menggunakan data-data return harian yang menunjukkan bahwa dalam 3 tahun terakhir kedua instrumen investasi tersebut memiliki korelasi sebesar -0.5, korelasi ini dapat diartikan arah pergerakan SUN dan IHSG relatif berkebalikan, disaat pandemi dan ancaman resesi tentu menjadi lebih optimal untuk melakukan diversifikasi pada 2 instrumen ini.

Pada kondisi normal pergerakan SUN memang umumnya akan searah dengan pergerakan kinerja investasi saham namun magnitude penurunan nya jauh dibawah pergerakan saham pada saat bearish. Sehingga Diversifikasi ini masih disarankan untuk tahun 2021, dimana harapan bahwa vaksin COVID-19 akan mengembalikan aktifitas bisnis dan UU Cipta Kerja membuat pertumbuhan ekonomi kembali positif, namun demikian ketidakpastian seperti efektivitas vaksin itu sendiri dan kecepatan recovery ekonomi baik global, regional maupun domestik dapat menjadi katalis negatif yang menekan IHSG. Untuk itu investor

tetap harus memiliki instrumen yang mampu bertahan saat koreksi saham kembali terjadi dimana salah satunya adalah SUN. Happy Investing